Tuesday, 17 February 2015

Puisi Untuk Ibu

Ketika matahari mulai menampakkan sinarnya
Aku terbangun.
Saat membuka mata, aku tidak mendapatinya di sampingku.
Aku menangis.
Dengan tergopoh-gopoh Ibu datang.
Menggendongku.
Ketika matahari mulai terbenam…
Aku selalu menangis tanpa sebab.
Merengek meminta sesuatu yang tidak ada.
Ketika matahari benar-benar tenggelam…
Aku kembali menangis.
Kali ini bukan meminta sesuatu.
Melainkan badanku basah.
Aku mengompol.               
Pagi, siang, sore, dan malam, engkau selalu ada untukku, Ibu.
Selalu gesit menggantikan celanaku.
Gesit membuatkan makan untukku.
Tidak pernah membiarkanku menangis sedetikpun.
Tidak pernah membiarkanku lapar sedetikpun..
Oh, Ibu.
Maafkan anakmu yang belum bisa membahagikanmu, walau sedetikpun.
Maafkan anakmu yang belum bisa menjadi anak yang membanggakan.
Mafkan anakmu yang masih saja menyusahkan dirimu.
Ibu..
Percayalah…
Aku akan membuatkanmu istana kaca di Surga.
Dengan hafalan Qur’anku.
Aku akan menuntunmu ke Surga,
Dengan hafalan Qur’anku.
Salam dari Anakmu,
Cahaya Rabbani.

0 comments:

Post a Comment